essay Mengenang SANG GURU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sedangkan disisi lain, Grup Gong Gunung Jati juga menampilkan berbagai tabuh dan tari klasik Pelegongan Teges Peliatan, dengan sarana gamelan tua jenis Semara Pegulingan yang dimilikinya.
Sekaa Gong Gunung Jati – Musicians
Gamelan Gunung Jati juga memiliki sejarah yang panjang sebagaimana halnya gamelan Gunung Sari. Beberapa sumber mengatakan bahwa pada tahun 1931 gamelan Semara Pegulingan ini sudah pernah di Br. Teges Kanginan, akan tetapi pada saat itu masih Indonesia dalam situasi perang, maka gamelan ini dikembalikan lagi ke Puri dimana pemiliknya adalah Anak Agung Gde Mandera.
Hingga sampai pada pada tahun 1970, para pemuka dan tokoh masyarakat yang diprakarsai oleh bapak I Wayan Sudera dan almarhum bapak I Made Gerindem mengadakan rapat yang intinya ingin membeli seperangkat gamelan, akan tetapi Anak Agung Gde Raka Bawa (putra Gungkak Mandera) menyarankan agar gamelan yang dahulu dikembalikan ke Puri supaya bisa dipakai lagi oleh masyarakat. Atas keyakinan yang tinggi akhirnya gamelan itu kembali dibawa ke Banjar Teges Kanginan dengan beberapa yang tidak utuh. Setelah diadakan perbaikan pada tahun 1971, gamelan sudah bisa ditabuh kembali baik untuk kegiatan ritual agama maupun kegiatan untuk umum.
Gunung Jati – Legong Pelayon: Cok Ratih, Sulasih, Raka Astuti, Sri Utari
Sebagi pembuka malam itu Sekaa Gong Gunung Jati menampilkan tabuh Gambang Kuta, yang merupakan tabuh klasik Semara Pegulingan, karya I Wayan Lotring dari Kuta. Disusul dengan Legong Kuntir dengan penari Suasti dan Murni. Kemudian Legong Pelayon yang ditarikan oleh Sri Utari, Raka Astuti, Cok Ratih dan Nyoman Sulasih.
+++++
Author : kadek ferry © f-studio
Photos : Doc. Mengenang Sang Guru 2007